Senin, 13 Desember 2010

Menanti Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Akhir Zaman


penulis Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi
Syariah Tafsir 01 - Oktober - 2007 08:59:43
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لاَ يَنفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِن قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انتَظِرُواْ إِنَّا مُنتَظِرُوْنَ
“Pada hari datang sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi diri sendiri yg belum beriman sebelum itu atau dia mengusahakan kebaikan dlm masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah oleh kalian sesungguh kamipun menunggu ’.”
Penjelasan Makna Ayat
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata:
“Pada hari datang sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Rabbmu yg merupakan kejadian yg luar biasa yg dengan diketahui bahwa kehancuran telah demikian dekat dan kiamat tdk lama lagi. mk tdk bermanfaat keimanan dari satu jiwa yg sebelum tdk beriman atau yg belum membuahkan kebaikan dlm keimanan yakni apabila telah dijumpai sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala mk tdk bermanfaat keimanan seorang yg kafir apabila dia hendak beriman. Tidak pula bermanfaat bagi seorang mukmin yg kurang beramal utk semakin bertambah keimanan setelah itu. Namun yg bermanfaat bagi dia adl keimanan yg dia miliki sebelum itu serta kebaikan yg dia miliki yg diharapkan sebelum datang sebagian dari tanda-tanda tersebut. Dan hikmah dari semua itu jelas di mana keimanan yg mendatangkan manfaat adl keimanan terhadap perkara yg ghaib dan merupakan pilihan dari seorang hamba . Adapun bila tanda-tanda kekuasaan tersebut telah nampak mk telah menjadi perkara yg disaksikan sehingga keimanan tdk lagi berfaedah. Sebab hal tersebut menyerupai keimanan yg terpaksa. Seperti keimanan orang yg tenggelam yg terbakar dan orang2 semisal yg apabila telah melihat kematian dia pun berusaha melepaskan apa yg dahulu dia yakini. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِيْنَ. فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيْمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُوْنَ
“Maka tatkala mereka melihat adzab Kami mereka berkata: ‘Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yg telah kami persekutukan dgn Allah.’ mk iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yg telah berlaku atas hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang2 kafir.”
Dan banyak hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg menerangkan bahwa yg dimaksud dgn sebagian dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala adl terbit matahari dari tempat terbenamnya. Dan di saat manusia melihat mk mereka pun beriman. Namun keimanan mereka tidaklah bermanfaat dan telah tertutup pintu taubat atas mereka. Tatkala ini merupakan janji yg dinanti terhadap orang2 yg mendustakan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka beserta para pengikut menantikan kehancuran dan musibah mk Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan: ‘Katakanlah: tunggulah sesungguh kami termasuk orang2 yg menunggunya’ sehingga kalian akan mengetahui siapa di antara kita yg lbh berhak mendapatkan keselamatan.”
Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Para ulama berkata: ‘Tidak bermanfaat keimanan seseorang di kala terbit matahari dari tempat terbenam krn telah masuk ke dlm hati mereka perasaan takut yg melenyapkan tiap syahwat hawa nafsu dan melemahkan tiap kekuatan dari kekuatan tubuhnya. Sehingga manusia seluruh beriman krn mereka yakin akan dekat hari kiamat. Seperti keadaanorang yg mendekati kematian yg memutuskan dari berbagai dorongan melakukan perbuatan maksiat serta melemahkan tubuh-tubuh mereka. Barangsiapa bertaubat dlm keadaan seperti ini tidaklah diterima taubat seperti tdk diterima taubatorang yg mendekati kematian. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum sampai ke tenggorokan.”
Yaitu selama ruh belum sampai ke ujung tenggorokan. Waktu itu merupakan saat di mana seseorang melihat secara langsung tempat di dlm surga atau neraka. mkorang yg menyaksikan terbit matahari dari tempat terbenam juga seperti itu . Oleh karena sepantasnyalah tiap orang yg telah menyaksikan peristiwa tersebut atau yg memiliki hukum yg sama dgn yg menyaksikan taubat tertolak selama hidupnya. Sebab ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta janji-janji-Nya telah menjadi sesuatu yg terpaksa.”

Ibnu Katsir rahimahullahu juga mengatakan: “Jika seorang kafir menampakkan keimanan pada saat itu mk tdk diterima darinya. Adapun bila dia seorang mukmin sebelum hari itu jika dia baik dlm beramal mk dia dlm kebaikan yg besar. Namun jika dia mengotori lalu dia bertaubat saat itu mk tdk diterima taubatnya.”
Tertutup Pintu Taubat
Ayat yg mulia ini menjelaskan tentang akan muncul suatu waktu di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala tdk lagi menerima taubat orang2 yg hendak bertaubat di masa itu. Yaitu di kala terbitmatahari dari tempat terbenam yg menandakan akan berakhir zaman dan bangkit hari kiamat. Di antara dalil-dalil yg menunjukkan tentang penafsiran sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa yg dimaksud adl tanda-tanda hari kiamat yg besar tersebut adl hadits yg diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ إِذَا خَرَجْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا؛ طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدَّجَّالُ، وَدَابَّةُ اْلأَرْضِ
“Ada tiga perkara yg jika telah muncul mk tdk bermanfaat keimanan seseorang yg tdk beriman sebelum muncul atau dlm keimanan tdk membuahkan kebaikan; Terbitmatahari dari tempat terbenam Dajjal dan daabbah .”
Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ آمَنَ مَنْ عَلَيْهَا فَذَاكَ حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا
“Tidak tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya. Apabila telah terbit demikian dan manusia telah melihat mk merekapun beriman. Dan itu merupakan hari yg tdk bermanfaat keimanan bagi satu jiwa yg dia tdk beriman sebelum atau tdk menghasilkan kebaikan pada keimanannya.”
Diriwayatkan juga dari Shafwan bin ‘Assal radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan:
أَنَّ اللهَ جَعَلَ بِالْمَغْرِبِ بَابًا عَرْضُهُ مَسِيْرَةُ سَبْعِيْنَ عَامًا لِلتَّوْبَةِ، لاَ يُغْلَقُ مَا لَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ مِنْ قِبَلِهِ وَذَلِكَ قَوْلُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: اْلآيَةَ
“Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat sebuah pintu taubat di sebelah barat yg luas sejarak perjalanan 70 tahun yg tdk akan ditutup selamamatahari belum terbit dari tempat tersebut. Dan itulah maksud dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا
‘Tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi diri sendiri yg belum beriman’.”
Al-Imam Muslim rahimahullahu juga meriwayatkan dari hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia berkata: ‘Aku telah mendengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam satu hadits yg tdk aku lupakan. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguh tanda hari kiamat yg paling pertama keluar adl terbitmatahari dari tempat terbenamnya’.”
Juga diriwayatkan dari hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada suatu hari: “Tahukah kalian ke mana pergimatahari ini?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lbh mengetahui.” Beliau mengatakan: “Sesungguh dia pergi ke tempat menetap di bawah ‘Arsy lalu dia merendahkan diri sambil sujud. Senantiasa dia dlm keadaan demikian hingga dikatakan kepadanya: ‘Terbitlah dari tempat yg engkau kehendaki.’ Dia pun terbit dari tempat biasa terbit. Lalu dia terus berjalan dlm keadaan manusia tdk terkejut sedikit pun akan hal itu. Sampai dia kembali berhenti lalu merendahkan diri sambil sujud di tempat menetap di bawah ‘Arsy. Dan manusia tdk terkejut sedikit pun dari hal itu. Lalu dikatakan kepadanya: ‘Terbitlah dari tempat terbenammu!’ Lalu terbitlah dia dari tempat terbenamnya.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian hari apa itu?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lbh mengetahui.” Beliau menjawab: “Itu adl hari yg tdk bermanfaat keimanan bagi satu jiwa yg tdk beriman sebelum atau keimanan yg pada tdk menghasilkan kebaikan.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Ini merupakan riwayat-riwayat yg saling menguatkan yg sepakat menunjukkan bahwa jika matahari terbit dari tempat terbenam tertutuplah pintu taubat dan tdk terbuka lagi. Dan hal tersebut tdk dikhususkan pada saat hari terbit namun terus berlanjut hingga hari kiamat.”
Pengingkaran Ahlul Bid’ah tentang Kejadian Ini
Seluruh riwayat ini menunjukkan bahwa kejadian ini pasti akan terjadi di akhir zaman. Dan tdk ada yg mengingkari kecuali dari kalangan ahlul bid’ah seperti Khawarij dan Mu’tazilah.
Al-Qurthubi rahimahullahu berkata dlm Tafsir- setelah beliau menyebutkan hadits-hadits tentang tanda-tanda hari kiamat tersebut: “Ini semua telah didustakan oleh kaum Khawarij dan Mu’tazilah.” Lalu beliau menyebut atsar ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata: “Wahai sekalian manusia sesungguh rajam itu benar mk janganlah kalian tertipu. Dan hujjah yg menunjukkan hal tersebut bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegakkan rajam dan Abu Bakr pun telah merajam dan sesungguh kami pun telah melaksanakan rajam setelah mereka berdua. Dan akan muncul satu kaum dari kalangan umat ini yg akan mendustakan rajam mendustakan Dajjal mendustakan terbit matahari dari tempat terbenam mendustakan ada siksa kubur mendustakan syafaat mendustakan kaum yg keluar dari neraka setelah mereka hangus terbakar.”
Ibnu Abdil Barr rahimahullahu juga berkata dlm kitab At-Tamhid setelah menyebutkan atsar ini: “Seluruh Khawarij dan Mu’tazilah mendustakan enam perkara ini. Sedangkan Ahlus Sunnah membenarkan dan merekalah al-jamaah serta hujjah membantah orang2 yg menyelisihi Ahlus Sunnah.”
Pengingkaran Rasyid Ridha tentang Sujud Matahari di Bawah ‘Arsy
Di antara orang2 yg mengingkari perkara ini adl Muhammad Rasyid Ridha. dlm tafsir Al-Manar dia berkata setelah menyebutkan hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu tentang sujud matahari di bawah ‘Arsy: “Hadits ini diriwayatkan oleh dua Syaikh dari berbagai jalan dari Ibrahim bin Yazid bin Syarik dari Abu Dzar. Dan dia –walaupun di-tsiqah-kan oleh segolongan orang– adl mudallis. Al-Imam Ahmad rahimahullahu berkata: ‘Dia tdk bertemu Abu Dzar.’ Seperti yg dikatakan Ad-Daruquthni rahimahullahu: ‘Dia tdk mendengar dari Hafshah dan Aisyah dan tdk menjumpai zaman keduanya.’ Dan seperti yg disebutkan oleh Ibnul Madini rahimahullahu: ‘Dia tdk mendengar dari ‘Ali dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Hal itu disebutkan dlm Tahdzib At-Tahdzib. Dan telah diriwayatkan selain riwayat ini dari para sahabat dgn cara ‘an’anah1 sehingga ada kemungkinan yg memberitakan kepada dari mereka adl orang yg tdk terpercaya. mk jika pada sebagian riwayat Shahihain dan kitab-kitab Sunan berpenyakit seperti ini ditambah lagi ada kemungkinan dimasuki kisah Israiliyat dan kekeliruan penukilan secara makna lalu bagaimana lagi dgn riwayat-riwayat yg ditinggalkan oleh dua Syaikh dan yg ditinggalkan oleh periwayat kitab-kitab Sunan?”
Inilah perkataannya.
Dan ini merupakan perkataan yg batil yg dijadikan senjata oleh ahlul bid’ah utk menolak hadits-hadits yg shahih yg datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menolak apa yg telah menjadi keyakinan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Adapun jawaban terhadap syubhat Rasyid Ridha adl sebagai berikut:
Pertama: dlm hadits tersebut tdk terdapat riwayat Ibrahim bin Yazid At-Taimi dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu. Namun yg benar adl riwayat Ibrahim bin Yazid At-Taimi dari ayah dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu. Dan ayah bernama Yazid bin Syarik At-Taimi Al-Kufi. Beliau meriwayatkan hadits secara langsung dari para shahabat di antaranya: ‘Umar bin Al-Khaththab ‘Ali bin Abi Thalib Abu Dzar Ibnu Mas’ud dan yg lain radhiyallahu ‘anhum. Beliau adl seorang perawi yg tsiqah.
Kedua: dlm riwayat tersebut Ibrahim bin Yazid telah menyebutkan secara jelas bahwa beliau mendengarkan hadits secara langsung dari ayah tanpa perantara. Sebagaimana yg disebutkan dlm riwayat Muslim dia mengatakan: “Dari Ibrahim bin Yazid At-Taimi bahwa dia mendengar –sebagaimana yg aku ketahui– dari ayah dari Abu Dzar.” mk hilanglah persangkaan tuduhan tadlis dlm riwayat tersebut.
Oleh krn itu para ulama Ahlus Sunnah terus menerima hadits ini tanpa ada penolakan dari mereka. Abu Sulaiman Al-Khaththabi rahimahullahu berkata ketika menjelaskan hadits Abu Dzar tersebut: “Pada perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Tempat menetap di bawah Arsy’ kita tdk mengingkari bahwa matahari memiliki tempat menetap di bawah ‘Arsy dari sisi yg kita tdk mampu menjangkau tdk bisa kita saksikan. Dan sesungguh bila kita dikabarkan tentang perkara ghaib mk kita tdk mendustakan dan tdk menanyakan bagaimana sebab ilmu kita tdk mampu menjangkaunya.”
An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Adapun tentang sujud matahari itu adl sebuah jangkauan ilmu yg Allah Subhanahu wa Ta’ala telah ciptakan padanya.”
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita sekalian dari penyimpangan yg menyesatkan. Wallahu a’lam bish-shawab.
1 Maksud adl periwayatan dgn lafadz ‘an yg berarti dari. Yakni dia tdk menjelaskan apakah dia mendengar langsung dari guru atau tidak.
Sumber: www.asysyariah.com

0 komentar:

Posting Komentar