Masih banyak muslim yang tidak tahu-menahu bahkan mengingkari bakal turunnya Nabiyullah Isa
’alaihissallam di Akhir Zaman. Sebagian karena menyangka bahwa hal ini merupakan keyakinan kaum Nasrani dan tidak ada hubungannya dengan ummat Islam. Sebagian lagi karena berdalil bahwa tidak bakal ada Nabi lagi yang diutus sesudah Nabi terakhir Nabiyullah Muhammad
shollallahu’alaihi wa sallam. Malah sebagian lagi meyakini bahwa Nabi Isa
’alaihissallam telah wafat, bagaimana mungkin ia akan hidup kembali?
Padahal kalau kita rajin mempelajari hadits-hadits shohih dari Nabi Muhammad
shollallahu’alaihi wa sallam niscaya akan dijumpai begitu banyak keterangan mengenai bakal turunnya Nabi Isa
’alaihissallam di Akhir Zaman. Jadi, antara ummat Islam dan kaum Nasrani ada kemiripan dalam hal meyakini turunnya Isa as di Akhir Zaman. Namun sudah barang tentu sangat berbeda peranan yang bakal dilakoni olehnya menurut versi Islam dan Kristen. Bagi mereka, Yesus atau Isa as diyakini sebagai Tuhan atau anak Tuhan. Sedangkan bagi kita Isa as adalah Nabiyullah yang akan membenarkan ajaran Nabi Muhammad
shollallahu’alaihi wa sallam. Ketika Nabi Isa
’alaihissallam turun kelak ia tidak akan membawa ajaran baru, apalagi menyebarkan ajaran Nasrani.
Nabiyullah Isa
’alaihissallam tidak terbunuh. Tetapi yang disalib dan dibunuh adalah orang lain yang diserupakan wajahnya dengan wajah Isa
’alaihissallam. Lalu kemana perginya Nabi Isa
’alaihissallam waktu itu, yakni sekitar 2000 tahun yang lalu? Beliau diangkat oleh Allah
subhaanahu wa ta’aala ke sisi-Nya di langit. Persis sebagaimana Nabi Muhammad
shollallahu’alaihi wa sallam di-
mi’raj-kan dahulu kala. Hanya bedanya bila Nabi Muhammad
shollallahu’alaihi wa sallam diberangkatkan ke langit di awal malam lalu kembali ke dunia pada malam itu juga menjelang waktu subuh, maka Nabi Isa
’alaihissallam di-
mi’raj-kan ke langit 2000-an tahun yang lalu dan hingga sekarang masih ditahan di langit hingga waktunya Allah
subhaanahu wa ta’aala akan menurunkannya kembali ke dunia menjelang Hari Kiamat.
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ
وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ
وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ
لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ
إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ
وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ
وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa [4] :157-158)