Assalamu'alaikum
saudara-saudaraku kaum muslimin yang di rahmati Allah. Ini adalah sebuah artikel yang menarik untuk antum semua baca.....
Tahun Baru Islam yang diperingati setiap tanggal 1 Muharram atau lebih dikenal dengan 1 Suro tinggal beberapa hari lagi. Seperti tahun-tahun sebelumnya penulis memperingatinya di Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran milik kakek buyut saya yang berlokasi di Sumedang. Tahun Baru Islam yang ditandai dengan hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Mekkah yang banyak didiami kaum Quraish ke kota Madinah. Kaum Quraish di kota Mekkah pada saat itu sangat menentang ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW yaitu Islam. Penentangan keras yang dilakukan oleh kaum Quraish yang cenderung menggunakan kekerasan membuat Rasulullah SAW mengambil keputusan untuk hijarah ke kota Madinah dimana penduduk Madinah lebih toleran terhadap kehadiran Rasulullah SAW dan ajaran Islam. Di kota Madinah inilah Rasulullah melakukan syiar Islam dan berkembang dengan pesatnya (yang nantinya Madinah menjadi pusat kegiatan Islam di tanah Arab).
Saya tidak akan mengupas lebih detil tentang sejarah Hijrah Rasulullah karena saya yakin para pembaca sudah banyak mendapatkan informasi dari mana-mana. Penekanan tulisan ini hanya sekedar berbagi ilmu dan pengalaman untuk merenungkan dan maknai hijraj dalam kehidupan yang nyata. Disamping itu juga ingin mengajak seluruh umat Islam beramai-ramai merayakan Tahun Baru Islam dengan suasana kebatinan yang Islami. Sungguh ironis melihat bagaimana sebagian besar masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam lebih memfokuskan dan melakukan pesta besar-besaran pada saat Tahun Baru Masehi (1 Januari) dibanding Tahun Baru Islam yang lebih banyak hikmahnya lewat perjuangan Rasulullah menyebarkan ajaran Islam yang sangat dimuliakan Allah SWT.
Hijrah artinya pindah, dari hal-hal yang tidak baik menjadi hal-hal yang baik dan pengertiannya bukan hanya sekedar fisik seperti pindah tempat, rumah, kantor atau yang lain. Intinya adalah peningkatan kualitas mulai dari hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun dan terus-menerus dilakukan dengan landasan istiqomah dan Rahman Rahim.
Sebagai muslim yang menjunjung tinggi budaya peninggalan para leluhur (sunda: karuhun) maka setiap tahun secara konsisten selalu mengikuti acara Tahun Baru Islam ini. Banyak acara yang dilaksanakan di padepokan Uyut saya. Mulai dari ziarah ke makam para karuhun. tawasulan, pertunjukkan seni budaya Sunda (jaipongan, gamelan dan lain-lain). Semua kegiatan tersebut mengarahnya kepada ucapan syukur kami kepada Allah SWT, Rasulullah SAW (Imam dan Teladan kami), Karuhun (yang melahirkan kami) dan makin mempererat ikatan tali silaturahmi antar umat manusia.
Berikut berbagai acara rutin yang dilakukan dalam memperingati Tahun Baru Islam tahun lalu :Dari semua kegiatan Tahun Baru Islam oleh padepokan dijadikan pijakan bagi kami untuk Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah terutama sejarah para karuhun yang telah banyak meninggalkan kebaikan, karya dan warisan seni-budaya yang luhur sehingga saya makin yakin kepada Allah SWT, yakin kepada diri sendiri dan selalu ingat pesan orang tua khususnya dalam memaknai Hijrah secara hakiki.
0 komentar:
Posting Komentar