Para Ulama Salafus Shalihin juga memberikan penekanan terhadap hal ini. Berkata Imam Al-Muhasibi –rahimahuLLAAH- : Cinta itu ada 3 macam, tidaklah seorang itu disebut sebagai orang yang mencintai ALLAH SWT kecuali dengan ketiga sifat tersebut, yaitu :
1. Mencintai orang mu’min karena ALLAH dan tanda-tandanya adalah : Menahan diri dari menyakiti mereka, memberikan manfaat pada mereka;
2. Mencintai Rasul karena ALLAH SWT dan tanda-tandanya adalah mengikuti sunnahnya;
3. Dan mencintai ALLAH SWT dan tanda-tandanya adalah dengan taat pada-NYA dan tidak bermaksiat pada-NYA.
Lalu Imam al-Muhasibi menambahkan : Dan diantara tanda menahan diri dari menyakiti sesama muslim adalah dengan tidak buruk-sangka kepadanya.
Berkata Imam Al-Qasimi –rahimahuLLAAH- : “Dan sebagaimana kamu diwajibkan untuk menghentikan lisanmu dari menyakitinya, maka demikian pula kamu diwajibkan untuk menghentikan hatimu dari menyakitinya pula yaitu dengan tidak berburuk-sangka padanya, karena buruk-sangka adalah meng-ghibbah dengan hati dan sama pula dilarang melakukannya. Maka menutupi aib dan kelemahannya serta melupakannya merupakan salah satu tanda orang-orang yang ahli agama. Dan ketahuilah bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya sesama muslim sama seperti ia mencintai dirinya sendiri. Dan derajat terendah dari ukhuwwah adalah bergaul dengan saudaranya sesama muslim dengan hal yang ia sukai dan melupakan kekurangan dengan menutup kekurangannya dan berusaha menghilangkan sifat iri dan dengki, maka barangsiapa yang masih ada kedengkian dalam hatinya maka saksikanlah bahwa imannya lemah, dirinya berpenyakit dan hatinya busuk sehingga tidak pantas ia untuk berjumpa dengan ALLAH SWT.”
Ikhwah wa akhawat fiLLAAH hafizhakumuLLAAH,
Kita tidak mengkuatirkan apabila isu & fitnah itu disebarkan oleh para musuh Islam atau kaum munafiqin, karena mereka memang ditaqdirkan untuk memerangi Islam & syariat ALLAH SWT, tetapi yang kita kuatirkan adalah jika isu atau fitnah itu disebarkan oleh sesama kaum muslimin –baik itu karena kejahilan atau karena keburukan akhlaq mereka- (kita berlindung kepada ALLAAH SWT dari keduanya), bahkan yang lebih parah lagi jika isu itu juga ditelan oleh para kader dakwah, sehingga mereka disibukkan dengan mendengar haditsul-‘ifki (berita bohong) sementara wazhifah-yaumiyyah (tugas kewajiban harian) tidak dikerjakan, mereka sibuk membicarakan & menyebarkannya dalam berbagai liqa’at, sehingga melemahkan shaff & memudarkan semangat jihad mereka, maka dengan demikian para qiyadah (pemimpin) akan disibukkan terus-menerus untuk meng-counter isu demi isu –dan inilah yang diinginkan oleh para musuh Islam- padahal isu tersebut amat jauh dari keadaan mereka, bahkan jangankan mereka berani mengkhianati ummat, sementara anak & istri merekapun sering terabaikan demi dakwah, pekerjaan tetappun tidak punya & penghasilanpun tidak jelas karena makin bertambah beratnya beban dakwah & makin meluasnya jaringan yang harus dikelola. Jikapun kita tidak mau membantu mereka karena kesibukan ma’isyah ataupun studi kita, maka janganlah perberat beban mereka dengan menambah kerja mereka dengan hal-hal yang membuat fikiran semakin penat & rambut semakin memutih, sebaliknya doakanlah mereka & mintakan ampun bagi mereka disela-sela sujud & tahajjud kita semua.
Ikhwah wa akhwat fiddin a’azzakumuLLAAH,
Saat-saat jihad siyasah sudah dekat, orang-orang telah merapatkan barisannya untuk menekan kebangkitan ini & mengalahkan barisan para du’at, genderang perang sudah mulai ditabuh, isu sudah mulai ditebarkan kemana-mana untuk mencerai-beraikan pasukan & melemahkan semangat juang. Maka al-akh ad-da’i & al-ukh ad-da’iyyah dituntut untuk berprasangka baik pada dirinya dan orang lain, dan bagi seorang al-akh agar senantiasa berprasangka baik pada qiyadah-nya, murabbi-nya dan para ikhwah-nya yang lain. Dan jangan melawan isu dengan isu, jangan melawan fitnah dengan fitnah pula, jangan melakukan provokasi, karena kita tidak berjuang demi dunia & kenikmatan sesaat, mendekatlah kepada ALLAH SWT, bersabarlah juga karena ALLAH SWT karena IA melipatgandakan pahala bagi mereka yang bersabar, ikhlas & teguhlah dalam berjuang karena kita tidak berjuang karena si Fulan atau si Fulanah, sebab si Fulan atau si Fulanah akan mati & akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di yaumil Mahsyar, tetapi perjuangan kita adalah demi li I’la kalimatiLLAAH, maka siapa yang menyimpang dari tujuan tersebut, maka saksikanlah bahwa ia telah bersiap2 untuk menyimpang ke neraka. Maka berbaik-sangka pada sesama saudara seiman adalah tanda iman dan merupakan tuntutan ukhuwwah dan tidak ada ukhuwwah tanpanya, sebagaimana sabda nabi SAW : “Jadilah kalian hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.”[14] Akhirnya saya akhiri tulisan ini dengan doa seorang hamba yang mu’min dalam Al-Qur’an: “Wahai RABB kami, ampunilah dosa2 kami dan saudara-saudara kami yang yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah ENGKAU jadikan dalam hati kami kedengkian thd orang-orang yang beriman, wahai RABB kami, sesungguhnya ENGKAU adalah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
WaLLAAHu a’lamu bish-Shawaab… []
Catatan Kaki:
[1] QS An-Nuur, 24/11-16
[2] HR Bukhari, XVII/210 & Muslim, XVI/413; bahkan Imam Muslim menulis dalam shahih-nya bab: Haramnya Su’uzhan, Mencari2 Kesalahan Orang Lain… (XVI/412)
[3] HR Muslim, no. 2564; Tirmidzi, no. 1928
[4] QS An-Najm, 53/23
[5] QS An-Najm, 53/28
[6] QS Al-Fath, 48/12
[7] QS Al-Hujuraat, 49/12
[8] HR Bukhari, Bab: Law Laa Idz Sami’tumuuhu Qultum…, XV/457
[9] QS An-Nuur, 24/11-16
[10] Tafsir Al-‘Azhim, VI/28
[11] HR Bukhari, no. 6478 dan Muslim, no. 2988
[12] Tafsir Al-Ahkam, XII/202
[13] Tafsir Az-Zhilal, V/265
[14] HR Bukhari, XX/205; & Muslim, XVI/400
(http://www.al-ikhwan.net/)
Sabtu, 13 November 2010
Sikap Muslim Menghadapi Isu dan Provokasi
Diposting oleh
RANGGA KUSUMO BLOG
di
17.31
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar