Senin, 02 Mei 2011

Kondisi Pemuda Zaman Akhir

Pengecut

Pemuda zaman ini adalah pemuda yang pengecut, tidak mempunyai keinginan untuk melawan saat harga diri mereka diinjak-injak, tak berani berontak saat moral mereka dirusak, tak berani bertindak saat masa depan mereka “dihitamkan”.
Beginilah kondisi anak muda zaman ini, saat moral mereka dirusak oleh media, mereka hanya diam dan menerima. Saat harga diri mereka dipertaruhkan oleh budaya-budaya barat, mereka hanya diam dan menerima dengan tangan terbuka lebar. Saat masa depan mereka “dihitamkan” oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab, mereka hanya diam tanpa berfikir apa jadinya mereka di masa depan. Mereka tak lebih dari seorang pengecut yang tidak berani tampil membela diri mereka
sendiri, mereka hanya duduk termenung menunggu penolong yang akan menyelamatkan mereka. Siapa yang akan menyelamatkan kita selain diri kita sendiri?

Hal yang paling penting untuk ditanamkan pada hati-hati pemuda zaman sekarang adalah bagaimana berani untuk membela diri, menyelamatkan moral dan menjaga harga diri sebagai seorang manusia, bukan hanya berani  berantem dengan teman sendiri. Bagaimana kita berani “jihad” menyelamatkan saudara kita yang moral dan masa depannya telah di ujung tanduk. Bagaimana kita berani “mati” demi memperjuangkan selamatnya generasi anak-anak kita yang jelas akan lebih buruk dari kondisi zaman sekarang.
Semoga masih ada pemuda-pemuda yang mau selamat dan menyelamatkan pemuda muslim yang diambang “maut” ini.

Bodoh

Teknologi semakin berkembang dengan pesatnya. Ilmu-ilmu semakin banyak dan mendalam. Jika kita bandingkan zaman dahulu dan sekarang, akan jauh berbeda. Mungkin di zaman dahulu, sebuah hal yang mustahil ketika ada besi terbang seperti pesawat. Mustahil pula ketika seorang yang jauh bisa ngobrol dengan orang yang berbeda kota bahkan berbeda negara. Semua ini adalah hasil dari perkembangan teknologi yang sangat pesat.
Dengan segala perkembangan yang sangat pesat ini, para pemudanya ternyata adalah pemuda yang bodoh. Mungkin mereka pintar dalam pelajaran sekolahnya, mungkin mereka pintar dalam tekhnologi. Akan tetapi mereka sangat bodoh dan gampang sekali ditipu dan dibodohi. Saat mereka ditawarkan kepada pemikiran liberal tentang kebebasan yang keliru, mereka hanya ikut tanpa berfikir logis. Saat mereka dihadapkan kepada budaya barat yang merusak, mereka menerima tanpa seleksi. Saat para remaja wanita diberikan opini bahwa pakaian yang bagus adalah pakaian yang “kekurangan bahan” alias mini, mereka mengikuti tanpa berfikir terlebih dahulu.
Bodoh……… kenapa para pemuda ahli dalam berbagai disiplin ilmu tapi tidak bodoh dalam permasalahan dirinya sendiri yang selalu ingin dirusak oleh oknum-oknum busuk. Kenapa kita sebagai pemuda, bodoh sekali sehingga mau mengikuti hal yang jelas-jelas ditolak oleh akal sehat. Kenapa kita bodoh sekali sehingga para musuh dengan leluasa merusak pemuda muslim sebagai generasi pemegang kejayaan islam. Kenapa kita bodoh sekali sehingga menjual kemuliaan diri kita dengan hal-hal yang hina. Kenapa kita bodoh sekali dengan memuluskan upaya musuh dengan cara mengahncurkan moral kita sendiri dengan hal-hal yang sangat hina.
Inilah kenyataan dari kondisi pemuda sekarang yang bodoh. Apa kita tidak malu ketika kita dibilang bodoh. Kita harus punya rasa malu karena Rasul bersabda, “malu adalah sebagian dari iman.” Akan tetapi nyatanya kita sudah tak punya malu lagi. Ketika kita dikatakan bodoh, pengecut, miskin, dan sebagainya. Kita hanya duduk tanpa reaksi. Kita harus malu, kita harus bangkit. Kita harus buktikan bahwa kita bukan pemuda yang bodoh dan pengecut. Kita harus melawan segala upaya yang membodohi kita, kita harus waspada terhadap segala upaya yang menipu kita yang pada akhirnya menusuk kita dari belakang.

Pengkhianat

Seorang muslim adalah saudara dari muslim lainnya, begitulah Rasul bersabda. Tapi Rasul pun sering menangis. Karena ummatnya telah melupakan sabdanya yang satu ini. Ummatnya sudah tak lagi menganggap muslim lainnya sebagai saudara. Ummatnya talah terbedakan antara yang miskin dan kaya. Apalagi pemudanya. Pemuda muslim kebanyakan gengsi ketika mereka dekat dengan seorang yang miskin. Bahkan yang miskin pun gengsi ketika mereka harus menaiki sepeda ketika anak muda lain menaiki motor mereka yang kinclong-kinclong dengan knalpotnya yang “mau jebol”. Para pemuda muslimin banyak yang menjadi pengkhianat terhadap saudaranya sendiri. Mereka diam saat saudara muslim mereka di tindas, mereka diam saat saudara muslim mereka di hinakan oleh orang-orang kafir, mereka diam saat saudara muslim mereka dibantai tanpa ampun oleh zionis dan musuh-musuh islam yang lain. Mereka diam selayaknya seorang pengkhianat yang mengkhianati saudaranya sendiri.
Para pemuda palestina tidak bisa sekolah dan selalu siap mati demi menjaga harga diri mereka, tapi kita sebagai saudara mereka hanya diam tanpa usaha untuk membantu mereka. Para pemuda dilanda dekadensi moral dan perusakan fisik dan mental, tapi kita diam seperti seorang pengkhianat yang tak peduli kepada saudaranya yang membutuhkan bantuan.
Inilah kondisi pemuda zaman ini, pengkhianat. Rasul menangis saat sunnahnya tidak dilaksanakan. Apakah kita akan terus diam sebagai seorang pengkhianat? Apakah kita akan terus diam sebagai seorang yang tidak perduli kepada saudara kita sendiri?
Mari kita berubah dan berbuat. Marilah kita merubah kata-kata buruk yang selalu disandangkan kepada seorang pemuda. Mari kita merubah kata “dhuafa” menjadi “kuat”, “miskin” menjadi “kaya”, “pengecut” menjadi “pemberani”, “bodoh” menjadi “ berilmu” dan “pengkhianat” menjadi “setia”.

0 komentar:

Posting Komentar