Sabtu, 13 November 2010

Ekspresi Cinta Aktivis Dakwah

Kehidupan rumah tangga Rasulullah penuh dengan ekspresi cinta. Itu sebabnya dakwah Islam mengalami kesuksesan
Setiap orang pasti memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan cinta pada sang pujaan hati. Ada orang yang mengekspresikan cintanya dengan bunga, sepotong coklat, atau dengan kata-kata puitis. Orang yang mengekspresikan cinta dengan bunga, menganggap pesona keindahan bunga bisa mewakili beribu perasaan hati yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Orang yang mengekspresikan cinta dengan sepotong coklat, menganggap coklat mempunyai sensasi rasa yang manis, legit, enak, dan digemari banyak orang. Sementara orang yang mengekspresikan cinta dengan rangkaian kata yang puitis, beranggapan perempuan suka dengan komunikasi verbal. Apalagi bila rangkaian kata yang indah tersebut terucap langsung dari bibir sang suami tercinta.
Ekspresi Cinta Aktivis Dakwah

Adanya ekspresi cinta dalam sebuah rumah tangga pertanda hidupnya pertalian cinta kasih dalam keluarga tersebut. Bisa dibayangkan betapa keringnya suatu keluarga bila cinta tidak hadir di dalamnya. Ketiadaan cinta dapat memicu keretakan dalam berkeluarga.
Setiap aktivis dakwah diminta untuk selalu mengekspresikan cintanya pada pasangannya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ’alahi wasallam mengekspresikan cintanya pada para istrinya. Beliau pernah memanggil ’Aisyah dengan sebutan humaira, yang berarti pipi kemerahan. Tentu saja ekspresi cinta berupa pujian ini melambungkan hati ’Aisyah.
Rasulullah pun tidak malu menyatakan cinta pada ’Aisyah ketika ada seorang sahabat yang bertanya tentang siapa yang dicintai oleh Nabi. Dari golongan laki-laki Rasulullah menjawab Abu Bakar, sedangkan dari golongan perempuan adalah ’Aisyah.
Bila melihat dari kehidupan rumah tangga Rasulullah, semestinya rumah tangga para aktivis dakwah juga mengikutinya. Apalagi aktivis dakwah adalah panutan masyarakat. Masyarakat akan menganggap negatif, bila rumah tangga seorang aktivis dakwah berantakan. Apalagi bila sampai terjadi perceraian yang disebabkan tidak terekspresikan cinta secara sehat di dalam rumah tangganya.
Sejatinya, pasangan kita bukanlah seorang ahli telepati yang tahu apa yang ada dalam dada kita. Meskipun pasangan kita tahu bahwa kita mencintainya, akan tetapi terasa lebih indah apabila kita mengekspresikan cinta secara nyata kepada pasangan. Seperti dengan kata-kata yang sering dilakukan Rasulullah kepada istrinya.
Ekspresi dengan menggunakan bahasa tubuh untuk menyatakan cinta perlu juga dicoba oleh setiap pasangan Muslim. Rasulullah dengan lembutnya pernah menyediakan kedua pahanya untuk menjadi tempat berpijak sang istri Shafiyyah ketika turun dari sekedupnya.
Rasulullah juga dengan senang hati kerap menjahit sendiri bajunya dan membantu pekerjaan istri-istrinya. Beliau melakukan semuanya sebagai wujud perhatian dan ekspresi cinta kepada sang istri.
Ekspresi Cinta Sesungguhnya
Ada suatu nasehat bijak yang mengatakan bahwa mencintai itu menguatkan, bukan melemahkan. Mencintai itu memberi, bukan menuntut. Mencintai itu siap berkorban kepada yang dicintai, bukan mengorbankan. Alangkah indahnya bila nasehat bijak ini diresapi oleh para pasangan Muslim dalam mengekspresikan cinta kepada pasangannya.
Tujuan berkeluarga tidak hanya untuk bersenang-senang dan memiliki keturunan saja, tapi juga sebagai ladang amal. Di dalam berkeluarga juga ada aktivitas beribadah dan berdakwah. Banyak sekali kita menemukan para aktivis dakwah yang redup dalam berdakwah setelah berkeluarga. Mereka sibuk dengan urusan keluarganya. Padahal sejatinya, dengan berkeluarga para aktivis dakwah diharapkan memperoleh darah baru yang akan menyegarkan semangat dalam berdakwah
Bagi seorang Muslimah, memutuskan berkeluarga bukan berarti kehilangan jati diri dan eksistensi. Seorang istri semestinya masih bisa melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang tidak bergantung pada suami. Bergantunglah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam melakukan berbagai aktivitas.
Ninih Muthmainnah, istri KH Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) menulis kata pengantar dalam buku bersamanya dengan penulis Irawati Istadi yang berjudul Mengenalkan Allah dengan Cinta. Dalam kata pengantar tersebut dia menceritakan pengalaman ruhaninya ketika menunaikan ibadah haji bersama sang suami.
Saat perjalanan haji itu Teh Ninih, begitu biasa ia disapa, mencoba untuk lebih banyak mandiri dalam melaksanakan rangkaian ibadah haji. Pengalaman luar biasa pun sempat dirasakan ketika ia tiba-tiba memiliki keinginan kuat untuk mendekat ke pintu Kabah, Multazam.
Hal ini seperti mustahil, karena ia melakukan sendirian menerobos dan melawan arus ribuan manusia yang berthawaf mengitari Kabah. Allah memberi kemudahan. Tiba-tiba Teh Ninih memiliki kekuatan luar biasa untuk menembus jamaah haji yang berjubel mengitari Kabah. Begitupun ketika ia harus menerobos keluar dari daerah Multazam untuk melanjutkan Thawaf.
Dengan kemandiran secara spiritual bukan berarti perempuan hilang ketaatannya pada suami. Karena ketaatan pada suami merupakan wujud ekspresi cinta yang sesungguhnya kepada Sang Khalik. Begitupun dalam menjalankan peran Muslimah sebagai individu, sebagai istri, dan sebagai hamba Allah juga termasuk wujud ekspresi cinta kita pada Allah sang Maha Kasih.
Maka ketika sudah bekeluarga seharusnya setiap pasangan Muslim harus lebih bersemangat dalam menyebarkan dakwah Islamiyah. Tidak malah keluarga menjadi penghambat untuk melakukan tugas dakwah. Tetapkah berdakwah sesuai dengan kemampuan dan bidang yang Anda kuasai. Karena berdakwah setelah berkeluarga merupakan ekspresi cinta kepada Allah, sebagaimana telah di lakukan pula oleh Rasulullah beserta keluarga dan para sahabatnya. * Sri Lestari, penulis tinggal di Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar